Posts

Kumandang Adzan

Bismillah Sedikit menanggapi perihal pernyataan Bapak yang kami hormati  Kebetulan kami tinggal di sebuah daerah yang penduduknya mayoritas berbeda keyakinan dengan keyakinan yang kami anut  Sebelum pernyataan yang sedang ramai digadang-gadang saat ini mendarat di telinga  Penduduk muslim disini sudah dari sebelumnya melakukan hal yang baru menjadi pembicaraan belakangan ini  "Kumandang adzan yang sekarang terasa tak terlalu jelas di telinga" Bahkan sering membuat kami bertanya, "Sudah jam segini, tp kok belum terdengar adzan ya? Atau sudah tp kita tak dengar?" Tak hanya itu.. Sebab menyadari bahwa kami adalah minoritas di daerah ini Maka petugas Masjid disini pun membatasi hanya sekitar 3 atau 5 menit saja alunan "mengaji" sebelum adzan disuarakan  Terlebih pada saat bulan Ramadhan, Pak.. Semarak menyambut bulan yang suci tak seperti layaknya di kampung halaman  Suara anak-anak bertadarus pun cukup sulit ditangkap telinga  Sebab kita semua pelajari adanya

Istrimu Adalah Tulang Rusuk Yang "Bengkok" dan Suamimu Bukanlah Malaikat

Bismillah.. Sebagian orang mungkin berpikir Sendirian itu tidaklah menyenangkan Sendirian itu sepi, sunyi Apa apa dipikul sendiri, terkhusus beban pikiran yang mungkin kian berganti menguji Kemudian muncullah sebuah pemikiran "kalau saya memiliki pasangan, tentulah saya bisa membagi sedikit berat beban di pundak pun di otak"  Tak ada yang salah dengan pernyataan itu Tinggal lagi, janganlah "menikah" diawali dengan niat yang demikian  Sebab semua orang pastilah punya masalahnya masing-masing Hanya saja kembali kepada bagaimana cara mereka menyikapinya, terlebih jika sdh berkehidupan rumah tangga Masalah yang ada dalam rumah, sangatlah tak benar jika sampai mendarat pada telinga-telinga yang harusnya tak mendengar  Biarlah mereka (masalah itu) hanya sebatas atap rumah kita saja  Maka anggapan bahwa "berdua itu lebih indah", tergantung pada pribadi yang menjalani Menikah adalah solusi bagi siapa yang jatuh cinta, ini benar  Menikah dengan tujuan untuk menyele

Allah Tempat Meminta

Bismillah Sedikit cerita semalam yang kendati pun sedikit namun lagi-lagi membuat mulut tak henti mengucap maa syaa Allah, alhamdulillah.. Jalan balik rantau adalah salah satu perjalanan kami yang cukup melelahkan dan memakan banyak waktu, sekitar 5 atau 6 jam  Dalam perjalanan, biasanya supir akan berhenti di tempat biasa ia mendaratkan busnya sejenak untuk rehat dan makan siang Kami melaju pkl 11.30 WIB dimana posisi belum masuk waktu dzuhur Bus melaju baik, jalanan sedikit padat merayap sampai kumandang adzan dzuhur pun terdengar Bus belum jua berhenti, sebab tempat yang biasa menjadi perhentian belum dilewati  Sedang aku sedari tadi sudah merasa ingin buang air kecil, hampir tak tahan Ketika bus pada akhirnya sudah mendekati tempat rehat, hati pun kian lega karena segera akan tertunai kewajiban padaNya pun keinginan bak ini  Mengejutkannya, ternyata bus tak berhenti disana 😵😵 Allahu akbar.. "Perkiraan sampai tempat tujuan mungkin sekitar maghrib, maka apa kabar dzuhur dan as

Sahabat Seatap Sesurga

Bismillah Dulu.. Ia pun sama seperti kamu, dear.. Punyai daftar kriteria calon sahabat seatap sesurganya Mulai poin satu sampai sekian Amat selektif benar prosesnya Sampai sampai tanpa disadari  Hari berganti bulan dan bulan berganti tahun Usianya di dunia semakin bertambah saja dan berkurang pula usia akhiratnya  Belianya dulu sudah mulai dewasa kemudian Daftar kriteria calon sahabat seatap sesurganya pun satu persatu terkikis Sampai pada anti klimaksnya.. Poin yang tersisa tak lain hanyalah ia yg cinta Ia, baik akhlak dan perangainya, bertanggung jawab, menyayangi orangtua dan keluarganya lalu Jikalau pun waktu itu ia mengimpikan seorang sahabat yang gemar menapaki dataran tinggi 'gunung' misalnya Hal itu kemudian tergantikan dengan ia yang senang dan ringan sekali mendaratkan alas pun kaki di rumahNya Maa syaa Allah.. Maha baik Allah, dear You'll face this phase, too And His time's never wrong Bahkan ketika masih hanya terbesit 'niat' saja, Ia tau  Semisal..

Toleransi

 Bismillah Semakin dewasa, harusnya kita semakin paham mana yang boleh dan tidak boleh kita lakukan Sebagai insan yang masih menjadi penduduk di semestaNya Tentunya.. Aturan-aturanNya lah yang harus dan baiknya kita tau, maknai dan jalani Dilahirkan sebagai umatNya yang punyai teman, kerabat pun sahabat dari berbagai suku agama Pastilah selalu kita jumpai berbagai perbedaan disana sini Namun kita tetap satu katanya Seperti kata-kata yang tertera pada pita Garuda itu, lambang negara yang selama ini kita kenal, yang gambarannya sangat mirip sosok burung Elang Jawa  "Bhinneka Tunggal Ika"  Berbeda-beda tapi tetap satu jua Dalam perbedaan itu tak lupa pula disiratkan sebuah kata berarti "Toleransi" Toleransi yang kita kenal sebagai sikap saling menghargai satu dan lainnya Akan tetapi, jangan pula kita sampai salah persepsi Sebab, toleransi yang dimaksud adalah sebatas kata "membiarkan", tidak mencampuri, tidak mengacau terlebih tidak melibatkan diri  مَنْ تَشَ

Ta'aruf

 Assalaamu'alaykum Bismillah.. "Saya bersedia untuk ta'aruf" Ta'aruf Memulakannya dengan ta'aruf berarti kita siap untuk menjalankannya sesuai syari'at  Menjauhkan yang haram dan mendekatkan diri pada yang halal, yang Allah ridhoi Sebuah awal, sebuah niat yang in syaa Allah baik adanya.. Ta’aruf [التعارف] secara bahasa berasal dari kata ta’arafa – yata’arafu [تعارف – يتعارف], yang artinya saling mengenal Kata ini ada dalam Al-Quran  “Hai manusia sesungguhnya kami telah menciptakan kalian dari seorang pria dan seorang wanita, lalu menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal (li-ta’arofu) …” (QS. al-Hujurat : 13) Yang dalam prosesnya kita dibantu oleh perantara untuk menyampaikan maksud dan tunjuan Perantara juga bertugas ikut dalam membantu menyampaikan pernyataan pun pertanyaan dari masing-masing pasangan Tentunya akan terjadi saling tanya dan diskusi dalam proses ini Namun pertanyaan yang diberikan ialah yang terkait se

Kerudung (di hari sucimu)

Assalaamu'alaykum Bismillah.. "...dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dada dan leherya.” (QS. An Nuur: 31) Dan tidak disampaikan pula waktu-waktu tertentu untuk mengenakannya "kain kerudung yang dijulurkan ke leher sampai dada" Apakah itu saat ke luar rumah saja? Apakah itu saat ke mesjid atau ta'lim saja? Apakah itu saat ke kantor saja? Atau, apakah itu saat hari-hari besar Islam saja? Dan lain sebagainya Melainkan perintah itu adalah "selalu dan wajib" untuk dijalankan oleh tiap tiap wanita  Tiap mereka keluar dari rumahya atau sedang berada di rumahnya Dan kemungkinan kan bertemu atau berpapasan dengan yang bukan mahramnya Kerudung (yang terjulur ke leher sampai dada) itu haruslah tetap menutupinya Saya tau, begitu banyak ujian yg kita hadapi untuk mempertahankannya istiqomah di tubuh ini Terkhusus pada acara-acara tertentu, seperti menghadiri pernik